Jumat, 09 Desember 2011

Statistik

Masih Kosong Kiriman tulisan tugas-tugas dan makalah bisa dikirm ke "paipgmiuninus2009@yahoo.co.id Selengkapnya...

Bimbingan & Konseling

Masih Kosong Kiriman tulisan tugas-tugas dan makalah bisa dikirm ke "paipgmiuninus2009@yahoo.co.id Selengkapnya...

Pengembangan Kurikulum

Masih Kosong Kiriman tulisan tugas-tugas dan makalah bisa dikirm ke "paipgmiuninus2009@yahoo.co.id Selengkapnya...

Perencanaan Pengajaran 2

Masih Kosong Kiriman tulisan tugas-tugas dan makalah bisa dikirm ke "paipgmiuninus2009@yahoo.co.id Selengkapnya...

Metodologi Penelitian 2

Masih Kosong Kiriman tulisan tugas-tugas dan makalah bisa dikirm ke "paipgmiuninus2009@yahoo.co.id Selengkapnya...

Metodik Khusus PAI

Masih Kosong Kiriman tulisan tugas-tugas dan makalah bisa dikirm ke "paipgmiuninus2009@yahoo.co.id Selengkapnya...

Sejarah Pendidikan Islam

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH SAW

A. Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang yang penting dan patut disoroti dalam pembahasa sejarah Islam. Sebab keberhasilan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Sebelum mengurai pembahasan mengenai sejarah pendidikan Islam alangkah lebih baiknya jika dalam pembahasan makalah ini diuraikan pengertian mengenai pendidikan Islam.
Pendidikan Islam secara bahasa terbagi menjadi dua kata yakni pendidikan dan Islam. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2004 pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Sedangkan dalam pandangan Islam pendidikan pendidikan disebut sebagai tarbiyah (تربية) kata ini berasal dari kata ربّ yang artinya tuan, raja, yang dipatuhi, dan perbaikan sedangkan kata tarbiyah itu sendiri mengambil pengertian yang keempat yakni perbaikan. Sedangkan secara istilah pendidikan adalah membina atau menciptakan insan muslim yang berakhlak baik dan sempurna dari segala aspek yang berbeda-beda, baik dari aspek kesehatan, akal, akidah, ruh keyakinan dan manajemen. Kemudian pengertian kata Islam secara bahasa adalah Aslama yang artinya menyerah, berserah diri, tunduk, patuh, dan masuk Islam. dengan demikian Islam dengan makna tersebut berarti agama yang mengajarkan penyerahan diri kepada Allah, tunduk dan taat kepada hukum Allah tanpa tawar menawar.
Dari pengertian kedua bahasa tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu upaya pembinaan insan manusia yang memiliki akhlak yang baik dan sempurna dari beragam aspek dalam tujuannya untuk tunduk taat dan patuh kepada Allah SWT.
Adapun sumber pembelajaran dalam pendidikan Islam adalah berdasarkan kepada Al Quran dan Al Hadits. Islam tidak menutup rapat pintu dari dunia luar sebab segala sesuatu yang nampak dan terjadi jauh sebelumnya sudah digambarkan oleh Al Quran.


B. Periode Pendidikan Islam ( Masa Rasulullah SAW )
Muhammad SAW adalah Rasul yang diutus oleh Allah SWT sebagai penutup para Nabi. Tidak seperti para Nabi dan Rasul sebelumnya yang hanya diutus untuk satu kaum saja namun Muhammad SAW diutus untuk seluruh alam. Dalam sejarah perjalanan dakwah beliau secara garis besar terjadi dalam dua periode yakni Mekkah dan Madinah. Oleh karenanya penelitian dan pengkajian sejarah Islam atau lainnya ini sering kali digolongkan menjadi dua phase atau periode yakni pada saat Rasulullah di Mekkah dan periode pada saat di Madinah. Termasuk pada pengkajian sejarah pendidikan Islam dapat dikategorikan kedalam kedua periode tersebut.
Berikut pembahasan Sejarah Pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW :

1) Periode Mekkah
Pada periode ini pendidikan lebih dititik beratkan pada aspek pembinaan akhlak moral dan tauhid. Sebelum datangnya Islam bangsa Arab adalah bangsa yang dipenuhi dengan kebodohan atau lebih dikenal saat itu sebagai zaman kejahiliyahan. Inilah tugas pertama dan utama yakni untuk merubah akhlak dan moral masyarakat.
Nabi Muhammad untuk pertama kalinya menerima wahyu pada tahun 610 M ketika berada di Gua Hira. Ayat yang pertama ia terima adalah surat Al Alaq ayat 1-5 :

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Dalam ayat tersebut terdapat perintah kepada Muhammad untuk membaca. Dalam ayat itu pula terkandung pengertian bahwa ayat yang pertama kali Allah turunkan kepada Muhammad mengandung makna pendidikan. Inilah yang menjadikan bukti bahwa Islam sangat memperhatikan pendidikan. Pada saat itu Nabi Muhammad adalah nabi yang Ummi yakni Nabi yang tidak bisa membaca dan menulis. Namun dalam perjalanan kenabiannya Rasul mendapat bimbingan Allah SWT secara langsung, hingga pada akhirnya beliau menjadi sosok yang tidak tertandingi baik wawasan, ilmu, maupun pengetahuannya.
Setelah turunnya surat Al ‘Alaq kemudian disusul dengan ayat yang berikutnya yang menyeru kepada beliau untuk menyeru ajaran Islam kepada Manusia.

1. Hai orang yang berkemul (berselimut),
2. Bangunlah, lalu berilah peringatan!
3. Dan Tuhanmu agungkanlah!
4. Dan pakaianmu bersihkanlah,
5. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
6. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Melalui ayat-ayat diatas tergambar bahwa Nabi Muhammad SAW telah diberikan tugas untuk mendidik manusia melalui risalah Allah SWT yang diberikan kepadanya. Dalam perjalanannya proses pendidikan di kota Mekkah masih dirasa sulit sebab kedatangan Islam sendiri masih mendapat pertentangan dari kaum Quraisy pada saat itu. Metode dakwah yang dilakukan pun dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan penyebaran Islam pada saat itu terjadi dimulai pada kerabat dan orang-orang yang dekat dengan Rasulullah SAW. Tercatat di dalam sejarah ketika Ummat Islam telah dirasa cukup banyak Rasulullah mulai mengadakan pendidikan dan pengajaran berlandaskan Islam. Untuk pertama kalinya kegiatan tersebut diadakan di salah satu rumah sahabat Nabi yakni Al Arqam bin Abil Arqam. Tempat tersebut dijadikan sebagai tempat pertemuan para sahabat dan kaum muslimin. Kemudian Rasulullah SAW banyak memberikan pendidikan Islam mengenai dasar-dasar atau pokok-pokok ajaran Islam yakni dengan cara membacakan ayat Suci Al Quran. Selain itu tempat ini pun dijadikan sebagai tempat penerimaan tamu bagi oleh Rasulullah SAW bagi orang yang hendak masuk Islam atau bagi orang yang ingin mengetahui Islam secara lebih jauh.
Setelah turunya kedua ayat diatas maka turun ayat yang berikutnya.

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (Q.S Al Hijr : 94)

Pada ayat ini Rasulullah SAW diperintahkan untuk menyeru manusia untuk masuk ke dalam Islam secara terang-terangan. Hal ini berdampak semakin kuatnya pertentangan kaum Quraisy terhadap Islam. Namun demikian Rasulullah SAW tetap beristiqamah dalam mengajak manusia ke jalan Allah SWT. Tanpa rasa gentar dan takut Rasulullah tetap menyampaikan risalah Allah SWT.
Dapat diketahui bahwa materi Pendidikan pada periode Mekkah ini lebih menekankan pada aspek sebagai berikut :
a. Tauhid atau Keagamaan
b. Moral dan Akhlak
c. Pendidikan Ilmiyah
d. Pendidikan jasmani dan kesehatan
Pada saat itu risalah Nabi Muhammad hadir ditengah-tengah bangsa yang memiliki akhlak, moral dan tauhid yang jauh menyimpang dari kebenaran. Atau dengan kata lain pendidikan yang diberikan oleh Rasulullah SAW di Mekkah ini adalah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan manusia untuk senantiasa mempergunakan akal dan pikirannya melalui berbagai pengamatan seluruh penciptaan alam semesta.
Adapun Kurikulum yang digunakan pada saat itu ialah mengacu kepada Al Quran yang digunakan sebagai bahan pertama dan utama dalam menggali semua hal tentang pendidikan dan pengajaran. Telah disebutkan pula bahwa pendidikan Rasulullah pada saat itu mendorong manusia untuk senantiasa mempergunakan akal dan pikirannya. Maka hal ini pula yang menandakan kajian ilmiah telah diterapkan pada masa Rasulullah SAW.
Al Quran sebagai mukjizat Rasulullah SAW memberikan peranan yang besar dalam perbendaharaan pendidikan Islam. Sebelumnya Bangsa arab adalah bangsa yang dikenal memiliki unsur budaya sastra bahasa yang cukup tinggi dan dengan adanya Al Quran kaidah dan kajian kebahasaan pun semakin lengkap sebab akan sangat terasa berbeda antara bahasa arab biasa dengan bahasa Al Quran yang sering kita baca yang memiliki ketinggian bahasa yang tidak akan ada satu bahasa manapun yang akan menandinginya.
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa peran pendidikan yang terjadi di Kota Mekkah adalah untuk menumbuhkan sebuah sistem yang baru. Yakni sebuah sistem kehidupan yang berlandaskan Syariah Islam, pembentukan nilai-nilai kebudayaan yang baru menggantikan nilai kebudayaan sebelumnya yang dianggap jauh menyimpang dari jalan kebenaran. Pendidikan dan pengajaran yang terjadi di Kota Mekkah pada saat itu terjadi selama 13 tahun dari total fase Dakwah beliau selama 23 tahun. Setelah 13 tahun terlewati akhirnya beliau beserta para pengikutnya berhijarah dari Mekkah menuju Yastrib atau yang lebih dikenal sebagai kota Madinah. Hal tersebut dilakukan atas perintah Allah SWT guna menghindari tekanan yang semakin menjadi yang datang dari orang kafir Quraisy. Inilah langkah beliau yang dapat diamati dalam mengembangkan dan menyebar luaskan pendidikan Islam keseluruh Jazirah Arab.

2) Periode Madinah
Pada periode ini materi pendidikan yang diberikan oleh Rasulullah SAW berbeda dengan materi yang diberikan oleh Rasulullah SAW pada saat berada di Mekkah. Materi yang diberikan lebih condong kepada pembinaan sebuah sistem politik. Sebelumnya ayat-ayat Al Quran yang turun di Mekkah banyak mengandung atau isi mengenai ketauhidan sedangkan di Madinah ayat-ayat suci Al Quran banyak berisikan mengenai kehidupan masyarakat. Inipun berpengaruh terhadap kedudukan beliau dimana sebelumnya dia adalah seorang pemimpin agama kini beliau dikenal sebagai kepala negara.
Kondisi masyarakat Madinah jauh berbeda dengan Mekkah. Mereka jauh lebih terbuka untuk menerima Islam. Islam dengan mudahnya berkembang di Kota tersebut. Maka Islam pada saat itu tidak hanya tumbuh sebagai sebuah sistem keagamaan yang kuat namun ia juga tumbuh sebagai kekuatan politik yang kuat.
Pola pendidikan yang diberikan oleh Rasulullah selama berada di Madinah adalah sebagai berikut :
1. Muhammad mengikis habis permusuhan diantara bangsa Arab. Terbukti dengan adanya penerimaan yang baik dari kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin sehingga akhirnya terbentuk sebuah sistem ukhuwah yang sangat kuat.
2. Rasulullah mengajarkan kepada kaum Muhajirin untuk bekerja memenuhi kebutuhan mereka sebagaimana mereka bekerja di Mekkah. Dalam sejarah diketahui bahwasannya kaum Anshar teramat sangat baik terhadap kaum Muhajirin bahkan sampai-sampai mereka rela untuk berbagi dengan kaum Muhajirin
3. Untuk menjalin kerja sama yang bersifat tolong dan menjunjung keadilan. Maka disyariatkan zakat dan puasa hal ini mendorong kaum muslimim untuk menumbuhkan sikap empati beserta tanggung jawab baik secara materiil maupun moral.
4. Pada periode ini pula pengembangan dan pendidikan melalui penyampain wahyu dilakukan yakni melalui adanya syariat yang mewajibkan ummat Islam melaksanakan shalat Jumat dimana didalamnnya tidak hanya shalat berjamaah saja namun juga terdapat khutbah yang secara tidak langsung dapat menjadi media pengajaran bagi ummat Islam.
5. Ummat Islam pada saat itu seoalah mendapatkan pendidikan mengenai rasa kebanggaan dari sebuah identitas yakni disyariatkannya Ka’bah sebagai kiblat bagi kaum muslim.

Melalui pendidikan Rasulullah sistem kemasyarakatan yang aman dan tentram dapat diwujudkan. Terbukti dengan adanya perjanjian antara kaum muslim dengan non muslim yang ada di Madinah pada saat itu. Dimana perjanjian tersebut berisikan mengenai prinsip tolong menolong, bersama-sama ikut mempertahankan kedaulatan negara dan setiap penduduk Madinah pada saat itu bebas untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Semua aturan-aturan tersebut tertuang di dalam piagam Madinah. Piagam inilah yang kemudian menjadi dasar pendidikan ummat Islam dalam bidang politik dan kewarganegaraan. Selanjutnya isi dari piagam Madinah tersebut diperinci kembali dengan ayat-ayat Al Quran yang turun di Madinah. Nilai pokok dari piagam tersebut tidak hanya berlaku bagi penduduk Madinah namun ia bersifat universal dan berlaku bagi segenap masyarakat yang berada diluar Madinah pada saat itu.
Pada periode ini pendidikan terhadap anak sangat diperhatikan sebagaimana yang difirmankan dalam ayat Allah yang diantaranya sebagai berikut :

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S At Tahriim : 6)
Dalam ayat tersebut termuat sebuah perintah bagi kaum muslim untuk menjaga anak keturunannya dari azab neraka. Melalui ayat ini pula tergambar bahwasannya islam sangat memperhatikan pendidikan bagi seorang anak. Sebab ia adalah sebagai pewaris dan penerus perjuangan Islam di masa yang akan datang.
Peran orang tua dalam membimbing seoarang anak pun telah digambarkan oleh Rasulullah SAW melalui firman Allah SWT dalam surat Lukman ayat 13-19 dimana di dalamnya terdapat pokok-pokok sebagai berikut :
• Pendidikan Tauhid
• Pendidikan Shalat
• Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat
• Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
• Pendidikan kepribadian
• Pendidikan kesehatan
• Pendidikan akhlak

C. Perbedaan Pokok Antara (Pendidikan Periode Mekah dengan Periode Madinah)

1. Periode Mekah
Pada periode ini nilai-nilai pendidikan Islam yang diajarkan adalah mencakup materi tauhid, akhlak dan moral. Dengan tujuan agar nilai-nilai ketauhidan masyarakat tersebut agar semakin tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

2. Periode Medinah
Pada periode ini nilai-nilai Pendidikan Islam yang diajarkan adalah mengenai pembinaan aspek politik dan nilai-nilai kemasyarakatan. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai kelanjutan pendidikan sebelumnya yang diajarkan di Mekkah yakni tauhid, akhlak dan moral. Melalui adanya penggabungan kedua aspek tersebut pendidikan Islam pun semakin kokoh dan terintregasi.

D. Kurikulum Pendidikan Islam (Pada Masa Rasulullah SAW)
Sulit untuk didefinisikan bagaimana kurikulum yang digunakan oleh Rasulullah SAW dalam mengajar. Sebab sekolah atau tempat pembelajaran beliau amatlah luas dan tidak dibatasi oleh adanya dinding kelas. Namun demikian tetap prinsip-prinsip kurikulum telah ada pada saat itu. Terbukti dengan adanya sumber pembelajaran yakni Al Quran maka hal tersebut sudah mencukupi kriteria sebuah kurikulum. Begitu pula dengan materi tentang akhlak, moral dan tauhid yang telah dipaparkan sebelumnya hal tersebut menjadi sebuah gambaran bahwasannya pendidikan Islam yang terjadi pada masa Rasulullah SAW ini telah tersusun sedemikian rupa dalam sebuah sistem perencanaan.
Adanya metode memberikan indikasi adanya sebuah kurikulum. Forum diskusi adanya tanya jawab yang terjadi di ruman Arqam bin Abil Arqam kemudian. Kemudian metode ceramah sebagaimana yang telah dilakukan dalam pelaksanaan shalat Jumat menjadi indikasi tambahan bahwa nilai atau prinsip Kurikulum sudah ada sejak dulu.

E. Lembaga Pendidikan Islam
Sarana dan prasasran pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW jauh berbeda dengan masa sekarang. Sarana pendidikan yang lazim adalah sekolah. Di zaman Rasulullah sekolah secara formalitas belum didirikan penyelenggaraan pendidikan dapat berlangsung dimana saja. Namun ada beberapa tempat khusus yang menjadi tempat pendidikan yang diselenggarakan oleh Rasulullah SAW berikut diantaranya :


a) Darul Arqam
Darul Arqam adalah sebuah rumah yang menjadi salah satu pusat dakwah yang tersembunyi. Nama Darul Arqam sendiri diambil berdasarkan pemilik rumah tersebut yakni Al Arqam bin Abil Arqam salah seorang sahabat nabi. Tempat ini sering dijadikan sebagai tempat pertemuan, pengkajian, dan menjadi sarana untuk berkomunikasi antara kaum muslim yang pada saat itu kaum muslim belum bisa bergerak dengan bebas karena dibawah tekanan kaum kafir Quraisy. Pada tahun 171 H Darul Arqam yang terletak kurang lebih 36 m di luar timur bukit Sofa, dibangun sebuah masjid oleh Khaizuran, ibu Harun Ar-Rasyid. Kemudian pada tahun 1375 H tempat tersebut dibongkar untuk perluasan Haram. Sekarang Darul Arqam sudah disatukan menjadi tempat Sa’i dan untuk mengenang sejarah ini didirikan sebuah pintu yang diberi nama dengan pintu Darul Arqam.

b) Maktab
Kata maktab berasal dari kata كتب yang artinya menulis sedangkan kata maktab (مكتب) sendiri adalah sebagai isim makan atau tempat yang memiliki arti tempat menulis. Sedangkan secara istilah maktab adalah tempat yang digunakan untuk proses pembelajaran. Maktab sendiri dalam perkembangannya telah ada sebelum datangnya Islam namun pada saat itu materi yang dibahasa adalah mengenai tata cara baca dan tulis khususnya mengenai syair-syair bahasa Arab. Setelah datangnya Islam maka Maktab tersebut tidak hanya mengajarkan baca dan tulis akan tetapi disana pula diajarkan mengenai ilmu Al Quran.
Istilah maktab atau kuttab juga berserak dalam beragam literatur Islam. Hal ini menunjukkan maktab telah ada sejak abad pertama Islam. Siswa yang belajar di lembaga ini berasal dari kalangan merdeka dan budak. Sebuah riwayat menegaskan keberadaan lembaga tersebut. Riwayat itu terkait dengan Ummu Sulayman, ibunda ahli hadis Annas bin Malik, yang meninggal pada 93 Hijriyah, yang pernah meminta pengajar di maktab mengirimkan beberapa siswa lelaki untuk membantunya membuat wol. Pada masa berikutnya, maktab ini menyebar ke seluruh dunia Islam

c) Masjid
Masjid secara bahasa artinya tempat sujud atau beribadah walaupun sebenarnya penggunaan kata masjid ini salah (seharusnya ditulis masjad yang menunjukkan isim makan). Pada saat perkembangan pendidikan Islam masjid tidak hanya dikenal sebagai tempat ibadah semata namun ia berfungsi sebagai tempat aktivitas pendidikan. Bahkan ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah dasar pertama kali yang dibuat oleh beliau adalah masjid. Yakni sebuah bangunan yang dapat mempertemukan dan mempersatukan kaum muslim.
Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2008)
http://ummgl.blogdetik.com/2010/05/06/pengertian-islam-menurut-bahasa/, diunduh Senin 10 Oktober 2011 Jam 05.40
http://www.rasoulallah.net/v2/document.aspx?lang=indo&doc=9865, diunduh Senin 10 Oktober 2011, jam 05.30 WIB
http://hasansagaf.wordpress.com/2010/06/20/darul-arqam/, diunduh Selasa 10 Oktober 2011, jam 02.54 WIB
http://hizbut-tahrir.or.id/2010/05/25/maktab-dalam-peradaban-islam/, diunduh Selasa 10 Oktober 2011, jam 05.52 WIB
Selengkapnya...

Ilmu Jiwa Belajar

TEORI-TEORI BELAJAR PERILAKU

Teori-teori belajar yang berkembang secara garis besar terbagi kedalam dua jenis yakni teori belajar perilaku dan teori belajar kognitif. Namun dalam tulisan ini hanya akan dibahas mengenai teori belajar perilaku. Berdasarkan uraian yang telah dibaca sebelumnya maka penulis menyimpulkan bahwa teori-teori belajar perilaku adalah teori belajar yang lahir atau muncul melalui adanya pengamatan-pengamatan gejala perilaku dari suatu obyek yang mengindikasikan adanya suatu pembelajaran. Teori-teori tersebut banyak diungkapkan oleh para ahli yang tentunya sudah melaksanakan beragam penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian inilah yang melahirkan adanya revolusi teori belajar secara berlanjut.
Diawali oleh Ivan Pavlop pada akhir abad ke – 19 dan permulaan abad ke -20 beserta kawan-kawannya yang melakukan penelitian mengenai teori belajar yang dipraktekan oleh anjing. Mereka memperhatikan bagaimana seekor anjing mengalami perubahan waktu dan kecepatan dalam mengeluarkan air liur. Melalui eksperimen ini mereka menarik sebuah kesimpulan bahwasannya belajar dapat mempengaruhi perilaku yang sebelumnya hal tersebut hanya disangka sebagai hal yang refleksif dan tidak dapat dikendalikan. Selain itu melalui adanya penelitian ini pengetahuan mengenai metode penelitian yang sistematis dan secara seksama telah diajarkan. Teori Ivan Pavlop ini kemudian dikenal dengan teori Classical Conditioning.
Teori belajar perilaku selanjutnya adalah yang dikemukakan oleh E.L. Thorndike. Beliau terinspirasi oleh eksperiman Ivan Pavlop sebelumnya, namun ia telah memberikan formulasi tambahan dalam penelitiannya tersebut. Kepuasaan dalam memperoleh perubahan dalam lingkungan menjadi dasar penelitian teori belajar beliau. Melalui penelitian terhadap kucing yang disimpan dalam kotak dan reaksi yang dilakukan oleh kucing untuk keluar dari kotak tersebut secara bertahap dalam mencari kemudahan. Dan melalui pengulangan yang kedua kali ternyata kucing lebih cepat untuk keluar dari kotak. Maka dapat diketahui perubahan yang dapat menghasilkan kepuasan cenderung menghasilkan perbuatan-perbuatan tersebut akan dilakukan secara terus menerus begitupun sebaliknya. Oleh karenanya konsekuensi-konsekuensi dari perilaku seseorang pada suatu waktu memegang peranan penting dalam menentukan perilaku orang itu selanjutnya. Teori E.L. Thorndike ini kemudian dikenal dengan teori Law of Effect.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh B.F.Skinner. Skinner berpendapat bahwa stimulus-stimulus khusus yang diungkapkan oleh Pavlop hanya sebagian kecil dari stimulus yang ada. Ia mengemukakan hal lain dari perilaku yang disebut sebagai perilaku operant. Perilaku operant adalah perilaku yang muncul tanpa adanya stimulus-stimulus yang tak terkondisi apapun. Contohnya apabila seseorang dihadapkan pada konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan. Maka orang tersebut akan cenderung mengulangi perilaku-perilaku yang menyenangkan tersebut dan dilakukan dalam kekerapan yang sering. Begitupun sebaliknya. Penggunaan konsekuensi-konsekuensi tersebut kemudian dikenal dengan istilah Operant Conditioning.
Setiap teori tentunya memiliki prinsip-prinsip yang melandasi teori tersebut. Dalam teori belajar diketahui prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Konsekuensi-konsekuensi
Konsekuensi merupakan hal yang harus dan pasti akan diterima atas suatu perbuatan tertentu termasuk dalam belajar. Perilaku yang menyenangkan dalam belajar tentunya akan memperkuat perilaku dalam belajar begitu pula sebaliknya. Melihat penjelasan tersebut maka dapat kita ketahui bahwa konsekuensi terbagi menjadi dua yakni konsekuensi yang menyenangkan dan konsekuensi tidak menyenangkan. Lebih lanjut konsekuensi yang menyenangkan disebut sebagai reinforser dan konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut punisher.
Reinforser dapat dibagi dua golongan yakni primer dan sekunder. Reinforser primer adalah sebuah konsekuensi kesenangan dimana nilai yang terkandung didalamnya dapat dirasakan secara langsung sedangkan sekunder adalan reinforser yang nilainya tidak dapat dirasakan secara langsung dan hanya akan dinikmati apabila ia telah terpengaruhi oleh reinforser primer atau reinforser sekunder. Dalam reinforser ini terbagi menjadi tiga kategori yakni reinforser sosial, reinforser aktivitas, dan reinforser simbolik.
Hukuman adalah konsekuensi yang tidak memperkuat perilaku. Namun ia berbeda dengan reinforser negatif.

2. Kesegeraan
Prinsip ini menyatakan bahwa konsekuensi yang segera mengikuti perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku jika dibandingkan dengan konsekuensi yang lambat datangnya. Contohnya ketika seorang guru memberikan pujian kepada muridnya. Dan bisa jadi reinforses tersebut lebih besar nilainya jika dibandingkan dengan nilai angka yang murid peroleh.

3. Pembentukan
Prinsip ini dilakukan ketika prinsip yang pertama dan kedua telah dilakukan atau dengan kata lain upaya ini adalah upaya yang diarahkan untuk membentuk perilaku akhir para peserta didik.

Uraian diatas merupakan uraian mengenai teori-teori belajar perilaku. Dalam perkembangannya teori belajar perilaku ini mengalami perluasan yang kemudian berkembang dengan istilah teori belajar sosial. Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura. Perbedaan antara teori belajar perilaku dan sosial ini terletak pada adanya penilaian mengenai isyarat-isyarat pada perilaku dan proses internal peserta didik. Atau dengan kata lain dalam teori ini digunakan reinforses eksternal dan kognitif internal sebagai upaya memahami pembelajaran dari orang lain.
Konsep-konsep teori belajar sosial terdiri atas :
1. Pemodelan
Konsep ini mengandung pengertian bahwa belajar tidak hanya dipengaruhi oleh sikap / konsekuensi-konsekuensi perilaku namun ia juga bisa dipengaruhi oleh adanya model atau contoh baik itu pengalaman maupun perilak orang lain.
2. Fase Belajar
Yakni fase yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Menurut Bandura fase tersebut terbagi menjadi empat fase yakni fase perhatin, retensi, reproduksi, dan motivasi.
3. Belajar Vicarious
Yakni belajar melalui adanya reinforses atau hukuman yang diterima oleh seseorang. Sehingga peserta didik tersebut dapat mengambil hikmah dari kejadian tersebut.
4. Pengaturan sendiri
Proses atau perilaku belajar tidak hanya dipengaruhi oleh adanya konsekuensi-konsekuensi yang datang dari luar namun ia juga akan sangat terpengaruh oleh adanya pengaturan yang muncul dari seorang peserta didik.
Melali uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teori-teori tersebut dapat kita aplikasikan dalam memahami karakter peserta didik dan pencapaian tujuan pendidik. Namun dapat disimpulkan pula bahwa teori-teori yang dikemukakan tersebut tidak mencakup aspek secara keseluruhan ia hanya mampu mengamati gejala-gejala yang nampak dari luar saja sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan pembenukan konsep, proses berpikir dan lainnya tidak dapat diamati secara menyeluruh.
Selengkapnya...

Materi PAI 2

PERBUATAN TUHAN DAN MANUSIA DALAM ALIRAN KALAM

1. PERBUATAN TUHAN
Semua aliran kalam berpandangan sama bahwa Tuhan adalah melakukan perbuatan. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dari adanya dzat yang memiliki kemampuan untuk melakukannya. Dipelajari sebelumnya bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat yang sempurna. Inilah salah satu yang menjadi tanda bahwa Tuhan melakukan suatu perbuatan.
Dalam pandangannya tersebut para aliran kalam tetap masih cenderung berbeda pendapat mengenai konsep perbuatan Tuhan. Berikut uraian mengenai pandangan aliran kalam dalam menyikapi perbuatan Tuhan :
1) Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah adalah aliran kalam yang bercorak rasional dan mereka mengatakan bahwa Tuhan hanya melakukan perbuatan-perbuatan baik saja. Namun bukan berarti Tuhan tidak mampu untuk berbuat buruk dan ia mengetahui keburukan dari perbuatan buruk tersebut. Dalil yang memperkuat pandangan Mu’tazilah tersebut sebagai berikut :

Artinya : Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai. (Q.S Al Anbiya : 23)

Artinya : Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. (Q.S Ar Ruum : 8)

Qadi Abd Al Jabar seorang tokoh Mu’tazilah mengatakan bahwa kedua dalil tersebut menyatakan bahwa Allah SWT hanya melakukan perbuatan baik saja dan ia bersifat suci dari adanya keburukan. Dengan demikian Tuhan tidak perlu ditanya, ia menegaskan kembali seseorang yang dikenal baik ketika ia melakukan perbuatan baik maka tidak perlu dipertanyakan mengapa ia melakukan perbuatan baik tersebut. Dan berita pada ayat yang kedua menunjukkan arti bahwa Allah SWT menciptakan langit dan bumi adalah dengan tujuan yang benar semakin memperkuat bahwa Allah SWT hanya bertindak pada hal-hal yang bersifat kebaikan.
Dasar pemikiran tersebut memberikan batasan-batasan untuk melakukan sesuatu dan akhirnya mendorong Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan memiliki kewajiban-kewajiban terhadap manusia. Paham Tuhan berbuat kebaikan tersebut akhirnya memunculkan paham kewajiban Allah sebagai berikut :
a) Kewajiban tidak memberikan beban diluar kemampuan manusia
Memberi beban diluar kemampuan manusia adalah bertentangan dengan konsep perbuatan baik Tuhan, maka akan sangat tidak adil jika Tuhan melakukan hal tersebut. Firman Allah SWT :
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
Artinya : Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya....... (Q.S Al Baqarah : 286)
b) Kewajiban mengirimkan Rasul
Bagi kaum Mu’tazilah pengiriman rasul tidaklah terlalu penting sebab dengan akal ia dapat mengetahui perkara-perkara yang bersifat ghaib. Namun mereka mengklasifikasikan pengiriman rasul ini sebagai kewajiban Tuhan. Mereka berpendapat bahwa tidak semua perkara yang ghaib dapat diketahui oleh akal sebagai contoh tentang permasalahan Tuhan dan alam ghaib. Oleh karena itu Tuhan berkewajiban untuk berbuat baik kepada manusia dengan cara mengirimkan rasul sebagai pembawa kabar gembira dan tanpa adanya seorang rasul manusia tidak akan mampu berbuat baik dan terbaik baik di dunia maupun di akhirat.
c) Kewajiban menepati janji dan ancaman
Janji dan ancaman adalah salah satu dari lima ajaran pokok kaum mu’tazilah. Adanya janji dan ancaman menjadi bukti bahwa Tuhan bersifat adil dan berbuat baik terhadap manusia. Konsep ini memberikan konsekuensi logis bahwa adanya ancaman hanya peringatan Tuhan terhadap manusia bukan sebagai keburukan sebab keburukan itu sendiri bisa ada karena perbuatan manusia yang tidak mengindahkan ancaman tersebut.

2) Asy’ariah
Berbeda dengan paham sebelumnya yakni mu’tazilah, paham ini tidak mengakui adanya kewajiban Tuhan terhadap manusia. Hal tersebut bertentangan dengan adanya paham kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Al Ghazali mengatakan bahwa Tuhan tidak berkewajiban berbuat yang terbaik bagi manusia. Tuhan bebas berbuat atas makhluknya. Oleh karenanya paham ini sangat bersebrangan dengan kaum mu’tazilah. Asy’ariah berpendapat bahwa Tuhan dapat meletakkan beban yang begitu berat yang tidak dapat manusia pikul. Paham Asy’ariah berpendapat bahwa perbuatan manusia pada hakikatnya adalah perbuatan Tuhan yang diwujudkan dengan daya Tuhan bukan dengan daya manusia. Melalui adanya paham tersebut maka tidak menjadi suatu permasalahan bagi kaum Asy’ariah ketika seorang manusia diberikan cobaan yang tidak dapat dipikul sebab manusia dapat menyelesaikan permasalahan tersebut bukan dengan daya manusia yang bersifat terbatas namun dengan daya Tuhan yang tidak terbatas.
3) Maturidiyah
Seperti diketahui sebelumnya bahwa aliran ini terbagi menjadi dua kelompok yakni aliran Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah Bukhara. Keduanya berbeda pendapat tentang permasalahan perbuatan Tuhan. Aliran Maturidiyah Samarkand berpendapat tentang adanya batasan dan kehendak mutlak Tuhan. Oleh karenanya mereka berpendapat bahwa Allah memiliki kewajiban-kewajiban terhadap manusia. Kewajiban-kewajiban tersebut hanya terbatas pada hal-hal yang baik saja termasuk permasalahan mengenai pengiriman Rasul kepada manusia.
Berbeda dengan aliran maturidiyah samarkand aliran bukhara mengatakan bahwa tidak ada kewajiban bagi Tuhan. Hal tersebut serupa dengan apa yang telah dinyatakan oleh aliran Asy’ariah. Namun pandangan tentang kekuasaan mutlak dan kehendak Tuhan dalam aliran maturidiyah bukhara ini tidak bersifat wajib dan hanya bersifat mungkin.

2. PERBUATAN MANUSIA
Permasalahan perbuatan manusia berawal dari adanya pembahasan singkat yang diutarakan oleh kaum jabariyah dan qadariyah dan kemudian dibahas secara mendalam oleh aliran Mu’tazilah, Asy’ariah dan Maturidiyah.
Peristiwa awal yang melatarbelakangi permasalahan perbuatan manusia adalah adanya pembahasan mengenai ciptaan Tuhan. Manusia meyakini bahwa pencipta alam semesta ini adalah Tuhan termasuk di dalamnya adalah penciptaan manusia. Tuhan bersifat maha kuasa dan berkehendak mutlak terhadap ciptaannya di sinilah muncul pemikiran sejauh manakah manusia bergantung kepada kuasa dan kehendak Tuhan dalam hidupnya dan apakah manusia terikat secara penuh terhadap kehendak mutlak Tuhan.
Berikut penjelasan dari beberapa aliran kalam tentang perbuatan manusia tersebut :
1) Aliran Jabariyah
Paham ini menyatakan bahwa perbuatan manusia merupakan perbuatan yang diciptakan oleh Tuhan. Namun terdapat perbedaan pendapat dalam internal aliran ini sendiri yakni antara jabariyah ekstrim dan jabariyah moderat.
Jabariyah ekstrim menyatakan bahwa manusia tidak memiliki kehendak dan perbuatan yang dilakukannya bukan atas kemauannya sendiri namun ia merupakan kemauan yang dipaksakan atas dirinya dari Tuhan. Dikatakan pula dalam aliran ini bahwa manusia tidak bisa berbuat apa-apa, tidak memiliki daya, kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan. Berbeda dengan jabariyah moderat mereka menyatakan bahwa perbuatan manusia adalah telah diciptakan oleh Tuhan sebelumnya baik itu baik maupun buruk namun dalam hal ini manusia memiliki peran dalam pelaksanaannya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia merupakan efek yang dapat menghasilkan suatu pekerjaan atau perubahan dalam mewujudkan sesuatu. Paham ini kemudian dikenal dengan istilah Kasab dan berlawanan dengan kata majbur yang artinya terpaksa.
2) Aliran Qadariyah
Aliran qadariyah menyatakan bahwa perbuatan manusia adalah berdasar pada kehendaknya sendiri tidak ada campur tangan Tuhan dalam permasalahan tersebut. Manusia dengan bebas dapat melakukan pekerjaan baik itu baik maupun buruk. Oleh karena itu ia berhak menentukan pahala atas kebaikannya dan ia pula berhak memperoleh hukuman atas perbuatan yang telah dilakukannya.
Paham qadariyah menyatakan bahwa tidak ada alasan yang tepat untuk menyandarkan perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan. Doktrin-doktrin mereka didukung oleh banyak ayat Al Quran salah satunya adalah yang tertera dalam surat Al Kahfi ayat 29 :

Artinya : Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir."......... (Q.S Al Kahfi :29)
3) Aliran Mu’tazilah
Aliran ini menyatakan bahwa manusia memiliki daya yang besar dan bebas. Maka dengan daya tersebut manusia dengan bebas dapat melakukan apa saja yang ia inginkan. Oleh karean itu daya yang begitu besar dan bebas tersebut merupakan tempat terciptanya perbuatan manusia dan di dalamnya tidak terdapat peran Tuhan dalam menghasilkan perbuatan manusia tersebut. Melihat penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa aliran mu’tazilah adalah aliran yang bercorak qadariyah.
Paham ini mengatakan bagaimana mungkin suatu perbuatan manusia dipengaruhi oleh dua daya yang berlangsung secara bersamaan yakni manusia dengan Tuhan. Selain itu mereka pun mengatakan bahwa Tuhan adalah pencipta awal sedangkan manusia diberikan kewenangan untuk berkreasi dalam menjalankan kehidupannya.

4) Aliran Asy’ariah
Manusia mendapatkan posisi yang lemah dalam aliran ini. Ia diibaratkan seperti anak kecil yang tidak memiliki pilihan dalam hidupnya. Oleh karenanya aliran ini lebih condong kepada pahan Jabariyah. Dalam menjelaskan alirannya Asy’ariah berpijak pada teori Kasab yakni segala sesuatu perbuatan lahir dari adanya perantaraan daya yang diciptakan. Dalam memperkuat pendapatnya tersebut aliran ini menggunakan dalil dari Al Quran salah satunya :

Artinya : Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu."(Q.S Ash Shaaffaat : 96)




5) Aliran Maturidiyah
Mengenai perbuatan manusia dalam aliran ini terdapat perbedaan diantara maturidiyah samarkand dan maturidiyah Bukhara. Kelompok Maturidiyah Samarkand lebih condong kepada aliran Mu’tazilah sedangkan kelompok aliran maturidiyah Bukhara lebih condong kepada Asy’ariah. Kehendak dan daya buat yang terdapat dalam diri manusia menurut Maturidiyah Samarkand merupakan arti yang sebenarnya bukan bermakna kiasan. Namun berbeda antara kaum mu’tazilah dan aliran ini di mana aliran ini menyatakan bahwa daya manusia tersebut lahir dan diciptakan secara bersamaan ketika suatu pekerjaan dilakukan. Oleh karena itu pemahaman kebebasan manusia berkehendak dalam aliran ini tidak sebebas dalam aliran mu’tazilah.
Aliran maturidiyah Bukhara dalam kebanyakan masalah sependapat dengan maturidiyah Samarkand namun aliran ini memberikan sebuah pemikiran tambahan bahwa dalam melakukan sesuatu memerlukan dua daya sebab manusia tidak mempunyai daya atas perbuatan yang telah diciptakan oleh Tuhan.
Rozak, Abdul,. Ilmu Kalam, (Cet. II; Bandung: Pustaka Setia, 2006)
Sarjoni, ILMU KALAM “Perbandingan Antar Aliran : Perbuatan Tuhan dan Perbuatan Manusia”, (Online) 2010. (http://sarjoni.wordpress.com/2010/01/01/ilmu-kalam-perbandingan-antar-aliran-perbuatan-tuhan-dan-perbuatan-manusia/., diakses tanggal 19 April 2010)
Selengkapnya...