Jumat, 09 Desember 2011

Ilmu Jiwa Belajar

TEORI-TEORI BELAJAR PERILAKU

Teori-teori belajar yang berkembang secara garis besar terbagi kedalam dua jenis yakni teori belajar perilaku dan teori belajar kognitif. Namun dalam tulisan ini hanya akan dibahas mengenai teori belajar perilaku. Berdasarkan uraian yang telah dibaca sebelumnya maka penulis menyimpulkan bahwa teori-teori belajar perilaku adalah teori belajar yang lahir atau muncul melalui adanya pengamatan-pengamatan gejala perilaku dari suatu obyek yang mengindikasikan adanya suatu pembelajaran. Teori-teori tersebut banyak diungkapkan oleh para ahli yang tentunya sudah melaksanakan beragam penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian inilah yang melahirkan adanya revolusi teori belajar secara berlanjut.
Diawali oleh Ivan Pavlop pada akhir abad ke – 19 dan permulaan abad ke -20 beserta kawan-kawannya yang melakukan penelitian mengenai teori belajar yang dipraktekan oleh anjing. Mereka memperhatikan bagaimana seekor anjing mengalami perubahan waktu dan kecepatan dalam mengeluarkan air liur. Melalui eksperimen ini mereka menarik sebuah kesimpulan bahwasannya belajar dapat mempengaruhi perilaku yang sebelumnya hal tersebut hanya disangka sebagai hal yang refleksif dan tidak dapat dikendalikan. Selain itu melalui adanya penelitian ini pengetahuan mengenai metode penelitian yang sistematis dan secara seksama telah diajarkan. Teori Ivan Pavlop ini kemudian dikenal dengan teori Classical Conditioning.
Teori belajar perilaku selanjutnya adalah yang dikemukakan oleh E.L. Thorndike. Beliau terinspirasi oleh eksperiman Ivan Pavlop sebelumnya, namun ia telah memberikan formulasi tambahan dalam penelitiannya tersebut. Kepuasaan dalam memperoleh perubahan dalam lingkungan menjadi dasar penelitian teori belajar beliau. Melalui penelitian terhadap kucing yang disimpan dalam kotak dan reaksi yang dilakukan oleh kucing untuk keluar dari kotak tersebut secara bertahap dalam mencari kemudahan. Dan melalui pengulangan yang kedua kali ternyata kucing lebih cepat untuk keluar dari kotak. Maka dapat diketahui perubahan yang dapat menghasilkan kepuasan cenderung menghasilkan perbuatan-perbuatan tersebut akan dilakukan secara terus menerus begitupun sebaliknya. Oleh karenanya konsekuensi-konsekuensi dari perilaku seseorang pada suatu waktu memegang peranan penting dalam menentukan perilaku orang itu selanjutnya. Teori E.L. Thorndike ini kemudian dikenal dengan teori Law of Effect.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh B.F.Skinner. Skinner berpendapat bahwa stimulus-stimulus khusus yang diungkapkan oleh Pavlop hanya sebagian kecil dari stimulus yang ada. Ia mengemukakan hal lain dari perilaku yang disebut sebagai perilaku operant. Perilaku operant adalah perilaku yang muncul tanpa adanya stimulus-stimulus yang tak terkondisi apapun. Contohnya apabila seseorang dihadapkan pada konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan. Maka orang tersebut akan cenderung mengulangi perilaku-perilaku yang menyenangkan tersebut dan dilakukan dalam kekerapan yang sering. Begitupun sebaliknya. Penggunaan konsekuensi-konsekuensi tersebut kemudian dikenal dengan istilah Operant Conditioning.
Setiap teori tentunya memiliki prinsip-prinsip yang melandasi teori tersebut. Dalam teori belajar diketahui prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Konsekuensi-konsekuensi
Konsekuensi merupakan hal yang harus dan pasti akan diterima atas suatu perbuatan tertentu termasuk dalam belajar. Perilaku yang menyenangkan dalam belajar tentunya akan memperkuat perilaku dalam belajar begitu pula sebaliknya. Melihat penjelasan tersebut maka dapat kita ketahui bahwa konsekuensi terbagi menjadi dua yakni konsekuensi yang menyenangkan dan konsekuensi tidak menyenangkan. Lebih lanjut konsekuensi yang menyenangkan disebut sebagai reinforser dan konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut punisher.
Reinforser dapat dibagi dua golongan yakni primer dan sekunder. Reinforser primer adalah sebuah konsekuensi kesenangan dimana nilai yang terkandung didalamnya dapat dirasakan secara langsung sedangkan sekunder adalan reinforser yang nilainya tidak dapat dirasakan secara langsung dan hanya akan dinikmati apabila ia telah terpengaruhi oleh reinforser primer atau reinforser sekunder. Dalam reinforser ini terbagi menjadi tiga kategori yakni reinforser sosial, reinforser aktivitas, dan reinforser simbolik.
Hukuman adalah konsekuensi yang tidak memperkuat perilaku. Namun ia berbeda dengan reinforser negatif.

2. Kesegeraan
Prinsip ini menyatakan bahwa konsekuensi yang segera mengikuti perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku jika dibandingkan dengan konsekuensi yang lambat datangnya. Contohnya ketika seorang guru memberikan pujian kepada muridnya. Dan bisa jadi reinforses tersebut lebih besar nilainya jika dibandingkan dengan nilai angka yang murid peroleh.

3. Pembentukan
Prinsip ini dilakukan ketika prinsip yang pertama dan kedua telah dilakukan atau dengan kata lain upaya ini adalah upaya yang diarahkan untuk membentuk perilaku akhir para peserta didik.

Uraian diatas merupakan uraian mengenai teori-teori belajar perilaku. Dalam perkembangannya teori belajar perilaku ini mengalami perluasan yang kemudian berkembang dengan istilah teori belajar sosial. Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura. Perbedaan antara teori belajar perilaku dan sosial ini terletak pada adanya penilaian mengenai isyarat-isyarat pada perilaku dan proses internal peserta didik. Atau dengan kata lain dalam teori ini digunakan reinforses eksternal dan kognitif internal sebagai upaya memahami pembelajaran dari orang lain.
Konsep-konsep teori belajar sosial terdiri atas :
1. Pemodelan
Konsep ini mengandung pengertian bahwa belajar tidak hanya dipengaruhi oleh sikap / konsekuensi-konsekuensi perilaku namun ia juga bisa dipengaruhi oleh adanya model atau contoh baik itu pengalaman maupun perilak orang lain.
2. Fase Belajar
Yakni fase yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Menurut Bandura fase tersebut terbagi menjadi empat fase yakni fase perhatin, retensi, reproduksi, dan motivasi.
3. Belajar Vicarious
Yakni belajar melalui adanya reinforses atau hukuman yang diterima oleh seseorang. Sehingga peserta didik tersebut dapat mengambil hikmah dari kejadian tersebut.
4. Pengaturan sendiri
Proses atau perilaku belajar tidak hanya dipengaruhi oleh adanya konsekuensi-konsekuensi yang datang dari luar namun ia juga akan sangat terpengaruh oleh adanya pengaturan yang muncul dari seorang peserta didik.
Melali uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teori-teori tersebut dapat kita aplikasikan dalam memahami karakter peserta didik dan pencapaian tujuan pendidik. Namun dapat disimpulkan pula bahwa teori-teori yang dikemukakan tersebut tidak mencakup aspek secara keseluruhan ia hanya mampu mengamati gejala-gejala yang nampak dari luar saja sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan pembenukan konsep, proses berpikir dan lainnya tidak dapat diamati secara menyeluruh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar