Jumat, 09 Desember 2011

Materi PAI 2

PERBUATAN TUHAN DAN MANUSIA DALAM ALIRAN KALAM

1. PERBUATAN TUHAN
Semua aliran kalam berpandangan sama bahwa Tuhan adalah melakukan perbuatan. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dari adanya dzat yang memiliki kemampuan untuk melakukannya. Dipelajari sebelumnya bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat yang sempurna. Inilah salah satu yang menjadi tanda bahwa Tuhan melakukan suatu perbuatan.
Dalam pandangannya tersebut para aliran kalam tetap masih cenderung berbeda pendapat mengenai konsep perbuatan Tuhan. Berikut uraian mengenai pandangan aliran kalam dalam menyikapi perbuatan Tuhan :
1) Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah adalah aliran kalam yang bercorak rasional dan mereka mengatakan bahwa Tuhan hanya melakukan perbuatan-perbuatan baik saja. Namun bukan berarti Tuhan tidak mampu untuk berbuat buruk dan ia mengetahui keburukan dari perbuatan buruk tersebut. Dalil yang memperkuat pandangan Mu’tazilah tersebut sebagai berikut :

Artinya : Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai. (Q.S Al Anbiya : 23)

Artinya : Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. (Q.S Ar Ruum : 8)

Qadi Abd Al Jabar seorang tokoh Mu’tazilah mengatakan bahwa kedua dalil tersebut menyatakan bahwa Allah SWT hanya melakukan perbuatan baik saja dan ia bersifat suci dari adanya keburukan. Dengan demikian Tuhan tidak perlu ditanya, ia menegaskan kembali seseorang yang dikenal baik ketika ia melakukan perbuatan baik maka tidak perlu dipertanyakan mengapa ia melakukan perbuatan baik tersebut. Dan berita pada ayat yang kedua menunjukkan arti bahwa Allah SWT menciptakan langit dan bumi adalah dengan tujuan yang benar semakin memperkuat bahwa Allah SWT hanya bertindak pada hal-hal yang bersifat kebaikan.
Dasar pemikiran tersebut memberikan batasan-batasan untuk melakukan sesuatu dan akhirnya mendorong Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan memiliki kewajiban-kewajiban terhadap manusia. Paham Tuhan berbuat kebaikan tersebut akhirnya memunculkan paham kewajiban Allah sebagai berikut :
a) Kewajiban tidak memberikan beban diluar kemampuan manusia
Memberi beban diluar kemampuan manusia adalah bertentangan dengan konsep perbuatan baik Tuhan, maka akan sangat tidak adil jika Tuhan melakukan hal tersebut. Firman Allah SWT :
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
Artinya : Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya....... (Q.S Al Baqarah : 286)
b) Kewajiban mengirimkan Rasul
Bagi kaum Mu’tazilah pengiriman rasul tidaklah terlalu penting sebab dengan akal ia dapat mengetahui perkara-perkara yang bersifat ghaib. Namun mereka mengklasifikasikan pengiriman rasul ini sebagai kewajiban Tuhan. Mereka berpendapat bahwa tidak semua perkara yang ghaib dapat diketahui oleh akal sebagai contoh tentang permasalahan Tuhan dan alam ghaib. Oleh karena itu Tuhan berkewajiban untuk berbuat baik kepada manusia dengan cara mengirimkan rasul sebagai pembawa kabar gembira dan tanpa adanya seorang rasul manusia tidak akan mampu berbuat baik dan terbaik baik di dunia maupun di akhirat.
c) Kewajiban menepati janji dan ancaman
Janji dan ancaman adalah salah satu dari lima ajaran pokok kaum mu’tazilah. Adanya janji dan ancaman menjadi bukti bahwa Tuhan bersifat adil dan berbuat baik terhadap manusia. Konsep ini memberikan konsekuensi logis bahwa adanya ancaman hanya peringatan Tuhan terhadap manusia bukan sebagai keburukan sebab keburukan itu sendiri bisa ada karena perbuatan manusia yang tidak mengindahkan ancaman tersebut.

2) Asy’ariah
Berbeda dengan paham sebelumnya yakni mu’tazilah, paham ini tidak mengakui adanya kewajiban Tuhan terhadap manusia. Hal tersebut bertentangan dengan adanya paham kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Al Ghazali mengatakan bahwa Tuhan tidak berkewajiban berbuat yang terbaik bagi manusia. Tuhan bebas berbuat atas makhluknya. Oleh karenanya paham ini sangat bersebrangan dengan kaum mu’tazilah. Asy’ariah berpendapat bahwa Tuhan dapat meletakkan beban yang begitu berat yang tidak dapat manusia pikul. Paham Asy’ariah berpendapat bahwa perbuatan manusia pada hakikatnya adalah perbuatan Tuhan yang diwujudkan dengan daya Tuhan bukan dengan daya manusia. Melalui adanya paham tersebut maka tidak menjadi suatu permasalahan bagi kaum Asy’ariah ketika seorang manusia diberikan cobaan yang tidak dapat dipikul sebab manusia dapat menyelesaikan permasalahan tersebut bukan dengan daya manusia yang bersifat terbatas namun dengan daya Tuhan yang tidak terbatas.
3) Maturidiyah
Seperti diketahui sebelumnya bahwa aliran ini terbagi menjadi dua kelompok yakni aliran Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah Bukhara. Keduanya berbeda pendapat tentang permasalahan perbuatan Tuhan. Aliran Maturidiyah Samarkand berpendapat tentang adanya batasan dan kehendak mutlak Tuhan. Oleh karenanya mereka berpendapat bahwa Allah memiliki kewajiban-kewajiban terhadap manusia. Kewajiban-kewajiban tersebut hanya terbatas pada hal-hal yang baik saja termasuk permasalahan mengenai pengiriman Rasul kepada manusia.
Berbeda dengan aliran maturidiyah samarkand aliran bukhara mengatakan bahwa tidak ada kewajiban bagi Tuhan. Hal tersebut serupa dengan apa yang telah dinyatakan oleh aliran Asy’ariah. Namun pandangan tentang kekuasaan mutlak dan kehendak Tuhan dalam aliran maturidiyah bukhara ini tidak bersifat wajib dan hanya bersifat mungkin.

2. PERBUATAN MANUSIA
Permasalahan perbuatan manusia berawal dari adanya pembahasan singkat yang diutarakan oleh kaum jabariyah dan qadariyah dan kemudian dibahas secara mendalam oleh aliran Mu’tazilah, Asy’ariah dan Maturidiyah.
Peristiwa awal yang melatarbelakangi permasalahan perbuatan manusia adalah adanya pembahasan mengenai ciptaan Tuhan. Manusia meyakini bahwa pencipta alam semesta ini adalah Tuhan termasuk di dalamnya adalah penciptaan manusia. Tuhan bersifat maha kuasa dan berkehendak mutlak terhadap ciptaannya di sinilah muncul pemikiran sejauh manakah manusia bergantung kepada kuasa dan kehendak Tuhan dalam hidupnya dan apakah manusia terikat secara penuh terhadap kehendak mutlak Tuhan.
Berikut penjelasan dari beberapa aliran kalam tentang perbuatan manusia tersebut :
1) Aliran Jabariyah
Paham ini menyatakan bahwa perbuatan manusia merupakan perbuatan yang diciptakan oleh Tuhan. Namun terdapat perbedaan pendapat dalam internal aliran ini sendiri yakni antara jabariyah ekstrim dan jabariyah moderat.
Jabariyah ekstrim menyatakan bahwa manusia tidak memiliki kehendak dan perbuatan yang dilakukannya bukan atas kemauannya sendiri namun ia merupakan kemauan yang dipaksakan atas dirinya dari Tuhan. Dikatakan pula dalam aliran ini bahwa manusia tidak bisa berbuat apa-apa, tidak memiliki daya, kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan. Berbeda dengan jabariyah moderat mereka menyatakan bahwa perbuatan manusia adalah telah diciptakan oleh Tuhan sebelumnya baik itu baik maupun buruk namun dalam hal ini manusia memiliki peran dalam pelaksanaannya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia merupakan efek yang dapat menghasilkan suatu pekerjaan atau perubahan dalam mewujudkan sesuatu. Paham ini kemudian dikenal dengan istilah Kasab dan berlawanan dengan kata majbur yang artinya terpaksa.
2) Aliran Qadariyah
Aliran qadariyah menyatakan bahwa perbuatan manusia adalah berdasar pada kehendaknya sendiri tidak ada campur tangan Tuhan dalam permasalahan tersebut. Manusia dengan bebas dapat melakukan pekerjaan baik itu baik maupun buruk. Oleh karena itu ia berhak menentukan pahala atas kebaikannya dan ia pula berhak memperoleh hukuman atas perbuatan yang telah dilakukannya.
Paham qadariyah menyatakan bahwa tidak ada alasan yang tepat untuk menyandarkan perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan. Doktrin-doktrin mereka didukung oleh banyak ayat Al Quran salah satunya adalah yang tertera dalam surat Al Kahfi ayat 29 :

Artinya : Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir."......... (Q.S Al Kahfi :29)
3) Aliran Mu’tazilah
Aliran ini menyatakan bahwa manusia memiliki daya yang besar dan bebas. Maka dengan daya tersebut manusia dengan bebas dapat melakukan apa saja yang ia inginkan. Oleh karean itu daya yang begitu besar dan bebas tersebut merupakan tempat terciptanya perbuatan manusia dan di dalamnya tidak terdapat peran Tuhan dalam menghasilkan perbuatan manusia tersebut. Melihat penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa aliran mu’tazilah adalah aliran yang bercorak qadariyah.
Paham ini mengatakan bagaimana mungkin suatu perbuatan manusia dipengaruhi oleh dua daya yang berlangsung secara bersamaan yakni manusia dengan Tuhan. Selain itu mereka pun mengatakan bahwa Tuhan adalah pencipta awal sedangkan manusia diberikan kewenangan untuk berkreasi dalam menjalankan kehidupannya.

4) Aliran Asy’ariah
Manusia mendapatkan posisi yang lemah dalam aliran ini. Ia diibaratkan seperti anak kecil yang tidak memiliki pilihan dalam hidupnya. Oleh karenanya aliran ini lebih condong kepada pahan Jabariyah. Dalam menjelaskan alirannya Asy’ariah berpijak pada teori Kasab yakni segala sesuatu perbuatan lahir dari adanya perantaraan daya yang diciptakan. Dalam memperkuat pendapatnya tersebut aliran ini menggunakan dalil dari Al Quran salah satunya :

Artinya : Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu."(Q.S Ash Shaaffaat : 96)




5) Aliran Maturidiyah
Mengenai perbuatan manusia dalam aliran ini terdapat perbedaan diantara maturidiyah samarkand dan maturidiyah Bukhara. Kelompok Maturidiyah Samarkand lebih condong kepada aliran Mu’tazilah sedangkan kelompok aliran maturidiyah Bukhara lebih condong kepada Asy’ariah. Kehendak dan daya buat yang terdapat dalam diri manusia menurut Maturidiyah Samarkand merupakan arti yang sebenarnya bukan bermakna kiasan. Namun berbeda antara kaum mu’tazilah dan aliran ini di mana aliran ini menyatakan bahwa daya manusia tersebut lahir dan diciptakan secara bersamaan ketika suatu pekerjaan dilakukan. Oleh karena itu pemahaman kebebasan manusia berkehendak dalam aliran ini tidak sebebas dalam aliran mu’tazilah.
Aliran maturidiyah Bukhara dalam kebanyakan masalah sependapat dengan maturidiyah Samarkand namun aliran ini memberikan sebuah pemikiran tambahan bahwa dalam melakukan sesuatu memerlukan dua daya sebab manusia tidak mempunyai daya atas perbuatan yang telah diciptakan oleh Tuhan.
Rozak, Abdul,. Ilmu Kalam, (Cet. II; Bandung: Pustaka Setia, 2006)
Sarjoni, ILMU KALAM “Perbandingan Antar Aliran : Perbuatan Tuhan dan Perbuatan Manusia”, (Online) 2010. (http://sarjoni.wordpress.com/2010/01/01/ilmu-kalam-perbandingan-antar-aliran-perbuatan-tuhan-dan-perbuatan-manusia/., diakses tanggal 19 April 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar